Sarjana Prematur Ujung-ujungnya Malah Nganggur ?

Saat
berada dibangku sekolah, kita selalu merasa ingin cepat-cepat lulus dan menjadi
mahasiswa. Membayangkan diri menjadi mahasiswa yang disebut-sebut sebagai agent
of change seakan menjadi impian tersendiri. Namun, setelah menjadi mahasiswa,
saya sadar bahwa dunia kampus tak seindah yang dibayangkan. Meskipun demikian,
menjadi mahasiswa memiliki suka duka tersendiri. Dan segala keindahan memori
semasa kuliah bukan berarti menjadi alasan saya harus berlama-lama kuliah.
Berbicara
mengenai lamanya kuliah, hal ini masih menjadi pro dan kontra diantara
mahasiswa. Normalnya, kuliah S1 membutuhkan waktu empat tahun atau delapan
semester. Namun sebagian mahasiswa ada yang mampu menyelesaikan studinya dalam
kurun waktu tiga tahun lebih atau tidak sampai empat tahun. Hal ini bergantung
dari motivasi dan keinginan mahasiswa. Namun kebanyakan mahasiswa menyelesaikan
studinya dengan waktu normal yakni empat tahun. Selain itu, ada pula mahasiswa
yang merasa, waktu empat tahun itu seakan tidak cukup untuk menyelesaikan
segala perkara-perkara khas dunia kampus. Maka dari itu, tidak heran jika ada
mahasiswa yang menghabiskan begitu banyak semester. Kuliah selama enam,tujuh hingga
delapan tahun tapi masih membuatnya betah berada dikampus. Bagi mahasiswa
seperti ini, mereka selalu membela diri dengan berbagai alasan. Ada yang
bilang, mahasiswa itu harus punya banyak pengalaman sebelum terjun ke dunia
nyata atau dunia kerja. Pernyataan seperti itu biasanya didengung-dengungkan
oleh mahasiswa yang begitu aktif diberbagai macam organisasi. Tak jarang
prinsipnya itu pun disebarluaskan ke junior-junior mereka. Kesibukannya
diorganisasi membuatnya sulit mengatur waktu,sehingga kuliah pun jadi
berantakan. Namun saya secara pribadi tidak menjustifikasi secara menyeluruh
bahwa semua mahasiswa yang aktif beroganisasi kuliahnya keteteran. Karena
banyak juga mahasiswa yang aktif organisasi tapi bisa lulus normal 4 tahun,atau
bahkan ada yang bisa cumlaude. Alasan lain bagi para kaum kontra cumlaude
adalah, lulus cepat bukan berarti langsung dapat kerja, jadi mending kuliah
lama agar bisa dapat ilmu lebih banyak atau lebih baik kuliah lama daripada
cepat-cepat lulus,tapi jadi sarjana prematur ujung-ujunganya malah nganggur.
Berbagai
pandangan tentang lamanya kuliah berkembang di kalangan mahasiswa. Kita
mengetahui bahwa setiap mahasiswa memiliki karakter,hobi,tujuan hidup,prinsip
hidup, latar belakang ekonomi yang
berbeda-beda. Hal inilah yang mendorong mahasiswa memiliki pendapat yang
berbeda-beda pula soal lulus cepat atau yang biasa disebut dengan cumlaude.
Cumlaude merupakan predikat yang dinobatkan kepada mahasiswa berprestasi yang
memiliki IPK tinggi yang biasanya di atas 3,5 dan bisa menyelesaikan studinya
dengan kurun waktu tidak lebih dari empat tahun.
Menjadi
mahasiswa dengan lulus cumlaude tentu merupakan suatu kebanggan tersendiri bagi
mahasiswa. Apalagi bagi orangtua. Setiap orang tua pastilah bangga melihat
anaknya bisa lulus dengan waktu yang tidak lama dengan IPK tinggi (meski IPK
bukanlah segalanya tetapi kadang IPK
menjadi awal dari segalanya). Apalagi, beberapa orang tua menaruh harapan yang
tinggi kepada anaknya yang telah lulus
kuliah, mereka merasa lebih lega karena kelak anaknya bisa memperoleh pekerjaan.
Saya
pribadi merupakan salah satu mahasiswa yang mendukung, bermimpi, berniat, dan
berusaha untuk lulus cumlaude. Selain karena
amanat dari orang tua, sejak awal masuk kuliah saya sudah menargetkan untuk tidak
kuliah berlama-lama. Salah satu alasan yang menjadi motivasi terbesar saya agar
bisa lulus cumlaude, bukan karena saya bosan kuliah, atau lelah belajar. Namun
yang selalu muncul dalam benak saya sebagai mahasiswa dengan murni beasiswa
dari orangtua yaitu, semakin lama saya kuliah, semakin banyak biaya yang saya
habiskan. Belum lagi biaya hidup sebagai anak rantau,biaya sewa asrama dll. Jika
saya bisa lulus dengan cepat, maka semakin cepat pula saya bisa berhemat dan
tidak lagi memberatkan orang tua.
Adapun
berbagai pendapat orang lain yang kontra dengan mahasiswa cumlaude, maka itu
adalah hak mereka. Karena bagi saya, tidak ada yang salah dengan lulus
cumlaude. Selama apa yang saya lakukan sesuai dengan prosuder yang berlaku.
Jika kaum kontra cumlaude mengatakan mahasiswa butuh pengalaman dengan kuliah
lebih lama, maka saya pun dapat membantahnya dengan pernyataan punya banyak
pengalaman bukan berarti harus ditempuh dengan kuliah lama hingga nyaris DO (
Drop Out). Pengalaman dapat diperoleh dimana saja dan bisa jadi, kita dapat memperoleh
pengalaman yang lebih berharga saat keluar dari dunia kampus. Ketika mereka
bilang lulus cumlaude bukan berarti langsung dapat kerja,toh tidak ada yang
menjamin orang yang lama kuliah ketika lulus maka akan langsung dapat kerja.
Hidup
ini akan lebih indah jika kita banyak-banyak berpikir positif dan membuang
jauh-jauh segala dugaan negatif. Mengapa mereka harus berpikir demikian, lulus
cepat belum tentu dapat kerja.
Padahal,kemungkinan lain yang dapat terjadi adalah bisa saja orang yang lulus
kuliah dengan cepat namun tidak harus menunggu lama ia malah mendapatkan
pekerjaan yang ia impikan.
Hidup
adalah pilihan, setiap orang bebas memilih jalan yang hendak ia tempuh .Marilah
kita menjalani proses hidup kita tanpa saling menggangu, selama jalan atau
cara-cara yang kita tempuh dalam mencapai tujuan tersebut masih dengan cara
yang halal. Semuanya bergantung pada pilihan setiap individu, entah mau lulus cumlaude,lulus normal, atau lulus
lama. Setiap orang puya prosesnya masing-masing, tinggal bagaimana kita
mengeksekusi tujuan itu. Terakhir, jangan pernah lelah untuk berdoa dan
sempurnakan doa itu dengan usaha. Jika kau ragu dengan kemampuan dalam diri
maka yakinlah dengan kemampuan Allah yang dapat membantumu. Jika kau yakin
dengan dirimu dan kau pun sungguh tanpa keraguan yakin dengan kehebatan Allah. Even, you will be able to change this
planet.